PROGRAM DESA SEJAHTERA menjembatani kemitraan antara pelaku usaha di tingkat pedesaan: darat, pesisir dan lautan dengan para pelaku di kota besar di seluruh dunia.
ORANG KOTA berperan: menyediakan dana usaha, menampung hasil dan mengawasi operasional usaha.
ORANG DESA berperan: menjalankan usaha sesuai petunjuk MANAJEMEN dan menyerahkan hasil produknya kepada ORANG KOTA melalui MANAJEMEN
MANAJEMEN adalah JUS atau PERUSAHAAN MITRA JUS yang berperan menghubungkan kepentingan ORANG KOTA dengan ORANG DESA
KOMODITI YANG DIUSAHAKAN:
JAGUNG
SAYUR-SAYURAN
IKAN KONSUMSI (LAUT DAN DARAT)
IKAN HIAS
RUMPUT LAUT
INVESTASI Rp 50 juta ke atas
Bagi yang berminat hubungi:
ksukayuputih@gmail.com atau
FINANCIAL SUMMARY PRODUK UNGGULAN
No | Product | Capital Rp M | Cycle (month) | PBP (month) | IRR % | NPV Rp M | BCR x | DF % |
1 | ABON IKAN | 450 | 2 | 24 | 33,35 | 66,5 | 1,46 | 15 |
2 | BATIK | 114 | 2 | 21 | 32 | 60 | 1,2 | 15 |
3 | EMPING MELINJO | 452 | 0,5 | 19 | 70,88 | 401 | 2,59 | 19 |
4 | ETERNIT | 969 | 1 | 29 | 47,73 | 265 | 1,82 | 15 |
5 | FILLET IKAN | 724 | 4 | 29 | 40,86 | 290 | 1,56 | 15 |
6 | FURNITURE KAYU | 333 | 1 | 15 | 94,92 | 844 | 3,53 | 15 |
7 | KACANG METE | 566 | 1 | 36 | 45,26 | 246 | 1,7 | 18 |
8 | KAYU OLAHAN | 446 | 1 | 36 | 28,25 | 170 | 1,42 | 15 |
9 | KERAJINAN KAYU | 451 | 1 | 48 | 96,07 | 58 | 1,15 | 15 |
10 | KERAJINAN ROTAN | 707 | 1 | 27 | 69,31 | 92 | 1,3 | 15 |
11 | KERUPUK IKAN | 461 | 1 | 30 | 46,37 | 223 | 1,60 | 17 |
12 | MEBEL BAMBU | 331 | 1 | 32 | 45,89 | 118 | 2,02 | 15 |
13 | MINYAK ATSIRI | 528 | 1 | 12 | 55,66 | 314 | 1,96 | 15 |
14 | PAKAIAN JADI | 239 | 1 | 41 | 70,35 | 78 | 2,10 | 8,5 |
15 | PAVING BLOK | 353 | 1 | 36 | 38,05 | 73 | 1,57 | 16 |
16 | ROTI | 392 | 1 | 28 | 57 | 180 | 3,58 | 24 |
17 | KULIT | 1181 | 1 | 25 | 57,79 | 437 | 1,97 | 22 |
18 | TAPIOKA | 563 | 12 | 39 | 39,63 | 373 | 1,81 | 13 |
19 | IKAN KERAPU | 1365 | 6 | 42 | 111,74 | 1341 | 1,65 | 30 |
20 | IKAN PATIN | 715 | 10 | 21 | 64 | 988 | 2,35 | 21 |
21 | IKAN GURAMI | 426 | 12 | 18 | 51 | 33 | 1,49 | 19 |
22 | UDANG GALAH | 426 | 6 | 8 | 99,37 | 146 | 2,71 | 22 |
23 | RUMPUT LAUT | 410 | 1,5 | 9 | 183,9 | 187 | 2,89 | 21 |
24 | IKAN PELAGIS GILLNET | 351 | 1,5 | 31 | 39,69 | 39 | 1,63 | 15 |
25 | IKAN PELAGIS PURSE SEINE | 2074 | 1,5 | 72 | 25,85 | 279 | 1,29 | 18 |
26 | IKAN LELE | 413 | 3 | 40 | 36,54 | 122 | 1,25 | 23 |
27 | IKAN NILA | 364 | 3 | 25 | 43,80 | 29 | 1,40 | 24 |
28 | SAYUR MAYUR | 450 | 4 | 7 | 42,05 | 112 | 1,1 | 24 |
29 | JAGUNG | 867 | 4 | 24 | 59 | 423 | 1,75 | 14 |
30 | UBI KAYU | 1286 | 12 | 60 | 28 | 358 | 2,25 | 10,5 |
31 | AYAM PEDAGING | 495 | 2 | 21 | 49 | 170 | 1,85 | 16 |
32 | AYAM PETELUR | 481 | 22 | 50 | 21,10 | 76 | 1,71 | 16 |
33 | BEKICOT | 146 | 12 | 29 | 40,04 | 83 | 1,77 | 18 |
PROGRAM
Perubahan paradigma pembangunan terlihat dari aspek perencanaan, aspek pengelolaan sumber daya, dan aspek kelembagaannya. Dalam aspek perencanaan, telah terjadi perubahan pendekatan dari top-down menjadi bottom-up. Hal ini berarti bahwa pembangunan nasional harus tetap dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dan pemerintah daerah memiliki kewenangan penuh dalam pengambilan keputusan pelaksanaan pembangunan dengan menggunakan dan memanfaatkan potensi sumber daya secara optimal. Dengan demikian, daerah akan memutuskan pola dan bentuk kawasan yang akan dikembangkan dengan produk unggulan potensi daerah dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah.
Perubahan paradigma pembangunan dari sentralistik ke desentralistik tersebut di atas, akan memberikan implikasi bahwa Pemerintah Daerah harus mampu mengelola sumber dana untuk membiayai pembangunan daerahnya. Peran Pemerintah Pusat yang semula bersifat sektoral secara bertahap beralih ke Pemerintah Daerah, khususnya Kabupaten/Kota, sehingga kelembagaan lokal dalam pembangunan ekonomi daerah akan semakin penting dan diakui keberadaannya.
Desentralisasi menuntut pembangunan dikelola berdasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
- Masyarakat sebagai pelaku utama dalam pengelolaan dan pengambilan manfaatnya;
- Masyarakat sebagai pengambil keputusan dan menentukan sistem pengusahaan dan pengelolaan yang tepat;
- Pemerintah sebagai fasilitator dan pemantau kegiatan;
- Kepastian dan kejelasan hak dan kewajiban semua pihak;
- Kelembagaan pengusahaan ditentukan oleh masyarakat atau rakyat;
- Pehdekatan pengusahaan didasarkan pada keanekaragaman hayati dan keanekaragaman budaya.
1. KLASTER BAHARI (MINAPOLITAN)
Minapolitan merupakan konsep pembangunan kelautan dan perikanan berbasis wilayah dengan pendekatan dan sistem manajemen kawasan dengan prinsip-prinsip, integrasi, efisiensi, kualitas, dan akselerasi.
Inilah seharusnya yang menjadi identitas Indonesia di dunia. Indonesia dengan potensi laut dan pesisir yang sangat besar, bisa dikatakan bahwa Indonesia memiliki “emas laut” di sepanjang benua maritim ini.
KAWASAN MINAPOLITAN
Guna mendukung keberhasilan pelaksanaan revitalisasi perikanan maka dipandang perlu mengembangkan kegiatan terpadu dalam pembangunan wilayah pedesaan yang berbasis perikanan dengan melibatkan sector terkait. Kawasan itu disebut dengan nama kawasan Minapolitan yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan di 33 Propinsi di Indonesia.
2. KLASTER AGRO (AGROPOLITAN)
Agropolitan adalah suatu konsep pembangunan berdasarkan aspirasi masyarakat bawah yang tujuannya tidak hanya meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tapi juga mengembangkan segala aspek kehidupan sosial (pendidikan, kesehatan, seni-budaya, politik, pertahanan-keamanan, kehidupan beragama, kepemudaan, dan
pemberdayaan pemuda dan kaum perempuan). Agropolitan merupakan bentuk pembangunan yang memadukan pembangunan pertanian (sektor basis di perdesaan) dengan sektor industri yang selama ini secara terpusat dikembangkan di kota-kota tertentu saja.
Secara luas pengembangan agropolitan berarti mengembangkan perdesaan dengan cara memperkenalkan fasilitas-fasilitas kota/modern yang disesuaikan dengan lingkungan perdesaan. Ini berarti tidak mendorong perpindahan penduduk desa ke kota, tetapi mendorong mereka untuk tinggal di tempat dan menanamkan modal di daerah perdesaan, karena kebutuhan-kebutuhan dasar (lapangan kerja, akses permodalan, pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan, dan kebutuhan sosial-ekonomi lainnya) telah dapat terpenuhi di desa. Hal ini dimungkinkan, karena desa telah diubah menjadi bentuk campuran yang dinamakan agropolis atau kota di ladang.
Pada dasarnya kawasan Agropolitan harus memenuhi kriteria sebagai berikut: (1) mempunyai skala ekonomi yang besar, sehingga produktif untuk dikembangkan; (2) mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang; (3) memiliki dampak spasial yang besar dalam mendorong pengembangan wilayah yang berbasis pertanian sebagai sumber bahan baku; (4) memiliki produk-produk unggulan yang mempunyai pasar yang jelas dan prospektif; (5) memenuhi prinsipprinsip efisiensi ekonomi untuk menghasilkan output yang maksimal.