Sunday, October 17, 2010

JUS DALAM GERAKAN KEMBALI KE LAUT BERSAMA GENDERANG BAHARI



Ketum JUS, Penasehat dan Pembina dalam acara memperkenalkan GENDERANG BAHARI bernyanyi bersama "AKU ORANG PELAUT".

SEMANGAT BAHARI NUSANTARA
Latar Belakang
Sebelum pengakuan dunia atas Deklarasi Djuanda tahun 1957, wilayah Indonesia dikenal sebagai gugusan pulau-pulau yang dipisahkan oleh laut. Setelah UNCLOS 1982 yang diratifikasi dengan UU No. 17 tahun 1985, citra kewilayahan Indonesia berubah, yaitu sebagai gugusan pulau-pulau yang dipersatukan oleh laut; dan fungsi laut berubah dari pemisah menjadi pemersatu.
Paradigma baru memandang Indonesia bukan lagi pulau-pulau yang dipersatukan oleh laut, melainkan laut yang ditaburi pulau-pulau. Artinya, platform Indonesia adalah laut. Laut menjadi ruang hidup masa depan dan ruang juang rakyat Indonesia, dalam semangat pembangunan nasional dari land-based development menjadi sea-based development. (Konvensi Nasional tentang Benua Maritim di Makassar, 1996).
Oleh karena itu Indonesia bertekad untuk memandang, membangun, mempertahankan dan mengelola Tanah dan Air secara menyeluruh dan terpadu demi terciptanya Indonesia sebagai negara Maritim. Laut dan ikan di Indonesia harus dikelola untuk sebesar-besar kesejahteraan Rakyat Bangsa Bahari Nusantara.
Perubahan mind set dan paradigma dari Daratan ke Maritim hanya dapat terlaksana melalui Strategi Budaya yang bersifat revolutif, serempak, simultan, di semua lini, di semua jenjang, di semua bidang, di semua sektor, dan di semua ruang kehidupan, sebagai proses panjang pendidikan karakter bangsa dalam segala dimensi kehidupan, sebagai bagian dari Revolusi Budaya.
Cita-cita kembali ke laut dapat terwujud melalui proses perubahan pola pikir (mind set) dan kerangka pikir (paradigma) dari daratan ke maritim sebagai Revolusi Biru dalam konteks Pembangunan Berkelanjutan.
Cita-cita kembali ke laut sebagai tuan rumah di laut Nusantara akan dapat diwujudkan hanya apabila Revolusi Budaya ke-Laut-an, atau Revolusi Biru, digerakkan dan disosialisasikan di segala lini dari tingkat Pusat hingga Daerah. sebagai Gerakan Semangat Bangsa Kembali ke Laut, sebagai Hak Budaya yang bersifat asasi dan sebagai amanah yang diwariskan para pendahulu ‘orang pelaut’ bagi masa depan anak bangsa.
Revolusi Budaya dapat menjadi efektif hanya apabila bangsa ini memiliki Strategi Budaya yang harus digerakan dengan mendudukkan budaya pada posisi yang seharusnya, sebagaimana makna kandungannya.
Visi & Misi
VISI:
Upaya pengembangan diri menuju kemandirian, kemajuan, martabat, kesetaraan dan kepeloporan di antara bangsa-bangsa lain akan dapat diujudkan melalui pembangkitan kembali Roh Kearifan Lokal Nusantara, sebagai penggugah dan pembangun rasa percaya diri bangsa dalam melangkah mengarungi Masa Depan.
Bandar Lama Nusantara merupakan Gerbang pengantar perjalanan Bangsa meninggalkan Lorong Masa Lalu, menuju ke-Mulia-an Masa Depan dalam kendali ke-Arif-an Lokal Masyarakat Warga Bangsa Benua Maritim Nusantara
MISI:
  • Membangun dan membangkitkan kembali harkat-martabat, jatidiri, karakter kehormatan, wibawa dan kepribadian Bangsa Bahari Nusantara, sebagai basis pengembangan rasa percaya diri dan optimisme yang dibutuhkan untuk menghadapi persaingan di era globalisasi yang penuh tantangan dan ketidak pastian.
  • Membangkitkan Elan Wawasan Nusantara sebagai perisai kelahiran kembali semangat outward looking insan Nusantara.
  • Mencanangkan kebijakan nasional bidang pembangunan visi kelautan.
  • Membangkitkan kembali semangat patriotisme insan Nusantara hingga puncak perjuangan sebagai bangsa Indonesia melalui Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945.
  • Restorasi puing-puing Kearifan Lokal di seluruh Nusantara yang terabaikan pasca Tiga Setengah Abad Kolonialisme melalui upaya Restorasi Bandar Lama Nusantara sebagai Gerbang Lorong Kearifan Nusantara: sebagai ‘Gerbang Masa Lalu Sejarah Nusantara’, sekaligus ‘Gerbang Orientasi’ masa depan ‘Kearifan Lokal Nusantara’.
  • Merangkai Pusat-Pusat Kearifan Lokal Nusantara dari Sabang hingga Merauke sebagai Benteng Ketahanan Budaya Nusantara.
  • Membangun Pusat-Pusat Kearifan Lokal Nusantara sebagai Pusat-Pusat Arus Utama Penggerak Kebangkitan Peradaban, Budaya, Teknologi serta Ekonomi Maritim (The Patriotic Points)
Strategi & Sasaran
Strategi:
  • Pencanangan situs Bandar Lama Nusantara sebagai pentas arus balik kebangkitan Roh Kearifan Lokal Nusantara
  • Membangunkan Elan Wawasan Nusantara sebagai kebijakan wawasan kebangsaan
  • Rekonstruksi situs Bandar Lama dalam nuansa "common heritage: epilog tiga setengah abad kolonialisme" bagi terkonsolidasinya semangat solidaritas antar bangsa dalam menghadapi era global.
Sasaran antara:
Pencanangan Strategi Budaya Bangsa sebagai Bikap Bangsa Bahari dalam menghadapi tantangan masa depan, berpijak pada kearifan lokal dan semangat common heritage.

Tokoh

Yayasan Pusaka Palapa Nusantara Raya (YPPNR)
Siswono Yudohusodo, Marzuki Usman, Iman Taufik, Purnardi, Subianto, Hendro G, S.D. Darmono, Bambang Suharto, Hartomo, Gunadi Sindhuwinata, Ahmadin Ahmad, Agus Subardono, Wiryatmono, Ridwan Kamil, Wiyogo Atmodarminto, Sri Astari Harun Al Rasyid, Fadly Katib, Sutomo Supar, Edy Marlan, Reny Daniel, Nana Cahyana Mardio, Martono Yuwono
Yayasan Pelestari Budaya Bangsa (YPBB)
Wiyogo Atmodarminto, Yoop Ave, Aburizal Bakrie, Siti Bambang Utoyo, Adhi Moersid, Abdurrachman Suryamihardjo, Mien Soedarpo, Fauzie Bowo, I Made Bandem, Suwati Kartiwa, Supia Latifah Alisjahbana, Meity Wilson, Sri Astari Harun Al Rasyid, Maulana Ibrahim, Listianto, Adji Damais, Nana Cahyana Mardio, Martono Yuwono
Institut Teknologi Indonesia (ITI)
Isnoewardianto, Ign. Haryadi, Estuti Rochimah, Haryanti Supadminingsih, Rino Wicaksono, Didit Kusparmadi, Abu Amar, Nana Cahyana Mardio, Pusat Kajian Budaya ITI, Lab BPUD
Tim Pakar Pendukung
  • Hasyim Djalal
  • Tridoyo Kusumastanto
  • Bambang Wibawarta
  • Hartoyo Wignyowiyoto
  • Rae Sahetapy
  • Tjahyadi Nugroho
  • Christianto Wibisono
  • Pontjo Sutowo
  • Fadel Mohamad
  • Suprawito
  • Bambang Suharto
  • Sugihono Kadarisman
  • Krishnahadi Pribadi
  • Achdiat Kurnawan
  • Mahli Sembiring

No comments:

Post a Comment